Johannes Sugianto | Zai Lawanglangit | Dian Ilenk |
Yonathan Rahardjo | Budi Setyawan | Sahlul Fuad |
Nina Yuliana | Dedy Tri Riyadi | Akmal Nasery Basral |
Pakcik Ahmad | Setiyo Bardono | Yoyik |
Rabu, 30 April 2008
Komite PaSar maLaM
Kamis, 17 April 2008
PaSar maLaM "Banyak Pintu Menuju Sastra"
Menilik namanya setiap orang pasti akan punya kenangan ketika membaca dua kata itu. PaSar MaLam, ya sebuah keramaian tradisional yang sudah ada sejak sebelum kota-kota dipenuhi mal-mal. Sebuah tradisi hiburan yang redup terang masih mencoba tetep bernafas di tengah-tengah kesumpekan, di tengah galau, keluh kesah, dan ketidak pastian nasib bangsa. Ekonomi yang tertatih, budaya yang kedodoran, teknologi yang gagap.
nah, lepas dari segala kepenatan itu, ada hal lain yang ingin saya sampaikan sehubungan dengan kata PaSar maLam itu. Yang saya maksud adalah PaSar MaLam yang ini rupanya adalah sebuah kegiatan seni khususnya sastra. PaSar MaLam disini kependekan dari Paguyuban Sastra Rabu Malam. Sebuah paguyuban yang lahir dari glenak-glenik antar teman sesama milis sastra. Saat itu seorang kawan Johanes Sugianto menawarkan tempat kosong di wapres untuk akhir bulan di hari Rabu. Maka setelah melalui proses pembicaraan beberapa kali, dimulai di wapres bulungan, di belakang Gelael. Terus puncaknya di warung Alex TIM malam itu : Zai Lawanglangit, Dino Umahuk, Yonathan Rahardjo, Johanes Sugianto, Dian Ilenk, Nina Yuliana, Sahlul Fuad, Gita Pratama dan Budi Setyawan, sepakatlah kita membuat paguyuban itu.
usai pertemuan saya mendapat tugas menggarap logo, nama paguyuban dan visi misi. Setelah beberapa kali menggagas nama, merancang logo dibantu kawan Deddy Triadi akhirnya ketemulah kata paSar maLam ini. Ketika disodorkan ke kawan-kawan, alhamdulillah mereka sepakat dan meng amini. Ya walhasil tinggal persoalan teknis yang harus kami siapkan untuk acara perdana PaSar MaLam yaitu tgl 30 April 2008, hari Rabu di Wapres Bulungan.
PaSar MaLam diharapkan menjadi oase, ajang, muara bagi setiap penggiat, pelaku, penggemar seni sastra untuk saling berbagi. Karena berlebel PaSar MaLam tentu saja paguyuban ini bersifat terbuka, tak ada sekat, kotak-kotak. Ibarat warung yang punya banyak pintu maka semua pintunya terbuka lebar bagi siapa saja. Anggotanya tentu saja lintas milis, lintas suku, bangsa, budaya, agama, hingga lintas negara. lintas semesta...hehe
Pemilihan nama PaSar maLam tentu saja agar terkesan ringan, fun, dan unik untuk sebuah paguyuban sastra, diharapkan akan menjadikan komunitas ini jauh dari kesan eksklusif. Bahkan harapan kami bersama teman-teman semua, sesuai tujuan paguyuban ini yaitu ingin menjadikan sastra sebagai gaya hidup, budaya dan spirit kehidupan.
Semoga....
Ayo, ramaikan "PaSar maLaM" kita
lawanglangit
nah, lepas dari segala kepenatan itu, ada hal lain yang ingin saya sampaikan sehubungan dengan kata PaSar maLam itu. Yang saya maksud adalah PaSar MaLam yang ini rupanya adalah sebuah kegiatan seni khususnya sastra. PaSar MaLam disini kependekan dari Paguyuban Sastra Rabu Malam. Sebuah paguyuban yang lahir dari glenak-glenik antar teman sesama milis sastra. Saat itu seorang kawan Johanes Sugianto menawarkan tempat kosong di wapres untuk akhir bulan di hari Rabu. Maka setelah melalui proses pembicaraan beberapa kali, dimulai di wapres bulungan, di belakang Gelael. Terus puncaknya di warung Alex TIM malam itu : Zai Lawanglangit, Dino Umahuk, Yonathan Rahardjo, Johanes Sugianto, Dian Ilenk, Nina Yuliana, Sahlul Fuad, Gita Pratama dan Budi Setyawan, sepakatlah kita membuat paguyuban itu.
usai pertemuan saya mendapat tugas menggarap logo, nama paguyuban dan visi misi. Setelah beberapa kali menggagas nama, merancang logo dibantu kawan Deddy Triadi akhirnya ketemulah kata paSar maLam ini. Ketika disodorkan ke kawan-kawan, alhamdulillah mereka sepakat dan meng amini. Ya walhasil tinggal persoalan teknis yang harus kami siapkan untuk acara perdana PaSar MaLam yaitu tgl 30 April 2008, hari Rabu di Wapres Bulungan.
PaSar MaLam diharapkan menjadi oase, ajang, muara bagi setiap penggiat, pelaku, penggemar seni sastra untuk saling berbagi. Karena berlebel PaSar MaLam tentu saja paguyuban ini bersifat terbuka, tak ada sekat, kotak-kotak. Ibarat warung yang punya banyak pintu maka semua pintunya terbuka lebar bagi siapa saja. Anggotanya tentu saja lintas milis, lintas suku, bangsa, budaya, agama, hingga lintas negara. lintas semesta...hehe
Pemilihan nama PaSar maLam tentu saja agar terkesan ringan, fun, dan unik untuk sebuah paguyuban sastra, diharapkan akan menjadikan komunitas ini jauh dari kesan eksklusif. Bahkan harapan kami bersama teman-teman semua, sesuai tujuan paguyuban ini yaitu ingin menjadikan sastra sebagai gaya hidup, budaya dan spirit kehidupan.
Semoga....
Ayo, ramaikan "PaSar maLaM" kita
lawanglangit
Langganan:
Postingan (Atom)